Wednesday, December 22, 2010

Harga dari ketelitian dan kecerobohan

Tabung gas Elpiji masih terus meledak. Korban berjatuhan, selain yang luka dan tewas, yang paling mengenaskan adalah korban yang menjadi cacat tubuh. Korban cacat tubuh akan mengalami trauma panjang dalam hidupnya.

Sudah banyak opini dan ulasan soal tebung elpiji ini. Berbagai argumentasi dan penjelasan sudah dierikan. Sosialisasi penggunaannya terus dilakukan. Semua untuk menekan kecelakaan dan mengurangi korban ledakan tabung gas elpiji.

Sebagai konsumen elpiji, saya juga was-was, jangan-jangan tabung elpiji di rumah saya juga bermasalah. Koran hari Senin (09/08) memuat berita ledakan tabung elpiji di rumah artis Jupe. Menurut harian Surya, tabung 12 kg di dapur Jupe meledak setelah dipakai memasak selama hampir 2 jam. Kronologis kejadian ledakan di rumah Jupe itu harus diklarifikasi agar persoalan ledakan bisa difahami secara jelas. Karena agak menyimpang dari kasus ledakan gas selama ini.

Menurut informasi yang saya dapat, kelemahan tabung elpiji 3 kg terutama disebabkan oleh selang bocor dan regulator bocor. Konon ada pemakai, karena mau lebih murah, menggunakan selang air untuk penghubung tabung elpiji dengan kompor. Beberapa fakta ditemukan bahwa tabung juga ada yang bocor.

Dengan kata lain, produk elpiji yang beredar di masyarakat kualitasnya rendah, presisi peralatan tidak baik, mudah bocor dan kemudian menimbulkan ledakan. Rendahnya kualitas produk elpiji inilah, setidaknya menurut saya, yang menjadi biang kerok utama penyebab ledakan. Disamping itu, sosialisasi penggunaan tabung elpiji yang juga rendah kualitasnya, menambah persoalan menjadi semakin parah.

Produk berkualitas rendah dan beredar di masyarakat, bukan hal yang baru bagi kita. Di sekeliling kita banyak produk yang berkualitas rendah yang digunakan. Tidak hanya tabung elpiji, obeng, peralatan dapur, peralatan sehari-hari kita banyak sekali produk kualitas rendah. Pengendalian mutu di industri manufaktur kita sangat lemah.

Saya jadi teringat kuliah dari Direktur United Nations Center for Regional Development (UNCRD) tahun 2001 lalu. Ketika itu Direktur UNCRD sedang menyampaikan kuliah tentang budaya Jepang. (Saya mengikuti kuliah ini pada waktu training di UNCRD Nagoya, di Jepang tahun 2001). Direktur UNCRD menjelaskan bahwa kualitas sangat diperhatikan dalam masyarakat Jepang. Kualitas dalam banyak hal menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan.

Direktur UNCRD pada saat itu (saya lupa namanya) menceritakan pengalamannya ketika berada di salah satu negara Asean. Dia membeli extention cord, untuk menambah panjang kabel peralatan listrik yang akan digunakan. Tetapi extention cord itu tidak dapat digunakan karena perlatan listrik miliknya tidak dapat disambungkan ke extention cord. Dicobanya dengan membeli baru, sampai ada beberapa yang dibeli, tapi semua tidak cocok. Ada yang lobangnya kebesaran, ada yang jarak satu lobang dengan lainnya tidak standar.

Dari pengalaman itu sang Direktur mengatakan, bahwa hal tersebut adalah akibat rendahnya pengawasan baku mutu (quality control) terhadap produk manufaktur. Sayangnya produk kualitas rendah tidak terlalu dipermasalahkan oleh masyarakat. Meski kualitas tidak baik, masyarakat tetap menggunakan produk kualitas rendah walaupun di kemudian hari harus membayar lebih mahal akibat kecelakaan atau barang yang gampang rusak.

Kembali ke soal tabung elpiji 3 kg. Pelaksanaan yang terburu-buru menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas. Target untuk segera melaksanakan konversi minyak tanah, akhirnya pembuatan tabung menganut “sitim borongan”, yang biasanya quality controlnya sangat lemah. Sosialisasi juga dilakukan dengan sistim borongan. Yang penting out-put tercapai, persoalan out-come nya seperti apa, menjadi urusan kemudian.

Belajar dari kasus elpiji 3 kg, sudah semestinyalah kita mengutamakan ketelitian, termasuk dalam melaksanakan pengawasan baku mutu produk-produk manufaktur. Untuk mendapatkan ketelitian dan akurasi yang baik, memang ada harga yang harus dibayar. Ongkos produksi akan meningkat. Sebaliknya bila selalu membiarkan kecerobohan dan produk berkualitas rendah, harga produksi bisa ditekan, tapi ongkos akibat kecerobohan dibelakang hari jauh lebih besar. Apalagi kalau sampai jatuh korban yang tidak mengerti apa-apa.

Pengawasan baku mutu juga harus dilakukan dalam semua aspek kehidupan masyarakat. Supaya harga kecelakaan akibat kecerobohan kita bisa dikurangi. Masyarakat harus dimampukan untuk ikut melaksanakan pengawasan kualitas barang dan jasa. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengawasan itu, pemerintah bertanggung jawab meningkatkan kemampuan masyarakat.

No comments:

Post a Comment